Jumat, 20 Desember 2013

CARA MENDIAGNOSA PENYAKIT IKAN

 
Gambar. Diagnosis Ikan
(Sumber: http://aquariumprosmn.com)


Penyakit ikan adalah keadaan yang menunjukkan adanya suatu kelainan atau penyimpangan dari ikan yang normal baik dari respon refleks, warna tubuh ikan, tingkah laku ikan atau kelainan fungsi tubuh ikan. Untuk itu perlu diketahui penyebab dari ikan tersebut sakit atau sering disebut dengan diagnosa. Cara mendiagnosa penyakit ikan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1.         Patologi makro
Patologi makro yaitu dengan cara mempelari perubahan-perubahan yang terjadi di seluruh tubuh ikan dengan mata telanjang atau kasat mata baik dibagian luar tubuh ikan maupun bagian dalam tubuh ikan dengan cara dibedah yang dinamakan nekropsi (bedah ikan mati).
2.         Patologi mikro
Patologi mikro atau histopatologi yaitu dengan cara mempelari perubahan organ dalam ikan, jaringan atau sel dengan cara membuat preparat histologi dari organ tertentu yang diperiksa.
3.         Patologi faali
Patologi faali yaitu dengan cara mempelajari perubahan faali dari organisme pada waktu sakit. Misalnya dari ikan berenang, bernapas normal atau tidak.

Kamis, 05 Desember 2013

CARA MEMBEDAKAN IKAN SEHAT DENGAN IKAN SAKIT

Gambar. Ikan sehat dan sakit
(sumber: www.uaex.edu)

Tidak  banyak orang mengetahui perbedaan ikan sehat dengan ikan sakit. Ikan sehat dan ikan sakit dapat dibedakan berdasarkan warna tubuh ikan, tingkah laku ikan atau kelainan fungsi tubuh ikan dan respon refleks ikan.
Jika dilihat dari warna tubuh, perbedaan ikan yang sehat dengan yang sakit akan terlihat jelas. Dimana ikan yang sehat warna tubuhnya akan terang sedangkan yang sakit akan berubah menjadi pucat atau berubah warna dari warna aslinya.
Tingkah laku ikan atau kelainan fungsi tubuh juga dapat menentukan perbedaan ikan sehat dan sakit yaitu ikan sehat biasanya lebih aktif gerakannya dibandingkan ikan sakit. Apabila seharusnya ikan sebut memiliki tingkah laku aktif tiba-tiba berubah menjadi tidak aktif bisa dimungkinkan ikan tersebut sakit.  
Ada beberapa refleks ikan yang dapat dipakai untuk mentukan apakah ikan tersebut sehat atau sakit dalam suatu populasi. Adapun refleks ikan yang biasa diperiksa yaitu :
1.      Refleks ekor
Pemeriksaan ikan menggunakan refleks ekor yaitu dengan memegang ikan terbaring pada satu sisinya, maka ekor dari ikan yang sehat akan mengembang tegak berdiri seperti kipas, sedangkan ikan yang sakit ekornya lemas dan terkulai ke bawah.
2.      Refleks lari
Pemeriksaan ikan menggunakan refleks ekor yaitu dengan menepuk permukaan air, bila setelah air ditepuk-tepuk dan ikannya dapat lari, maka ikan tersebut sehat, tetapi bila ikan diam saja di tempat, ada kemungkinan ikan tersebut sakit.  Selain itu dapat menggunakan hentakan kaki pada air kolam serta senter atau lampu sorot pada malam hari secara mendadak.
3.      Refleks mata
Pemeriksaan ikan menggunakan refleks ekor yaitu dengan memegang ikan dibagian tubuhnya sedemikian rupa sehingga perutnya menghadap ke atas. Perhatikan pupil matanya, ikan yang sehat pupil mata akan bergerak dan melihat ke atas (kea rah ventral tubuh ikan), tetapi pada ikan yang sakit maka pupil matanya tetap diam saja tidak bergerak.
4.      Refleks pertahanan
Pemeriksaan ikan menggunakan refleks ekor yaitu dengan memegang bagian kepala ikan dan biarkan bagian dadanya tergantung, maka ikan yang sehat akan menggelepar bergerak-gerak ingin lepas dari pegangan. sedangkan ikan yang sakit ekornya akan terkulai dan diam lemas.  

Rabu, 13 November 2013

PENGARUH LOGAM TERHADAP IKAN

 
Gambar. Rantai Makanan
(sumber: http://www.hijauku.com)


Elemen-elemen metalik (logam) secara alami berasal dari pelapukan batuan-batuan bumi, dan ikan merupakan salah satu mahluk hidup yang terkena dampak langsung proses alami ini. Masuknya elemen-elemen atau ion-ionl ogam berat ke badan air khususnya dalam konsentrasi yang sangat tinggi semakin diperparah oleh kegiatan industri.
Pencemaran tanah dan perairan oleh komponen logam berat dapat menyebabkan terjadinya toksemia (keracunan) pada ikan yang mungkin menyebabkan kematian seketika, akumulasi biologis, keracunan kronis dan perubahan-perubahan fungsi fisiologis yang akan mengurangi kemanpuan ikan dalam bertahan hidup. Keracunan secara kronis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan bereproduksi, malformasi bentuk tubuh, ketidakmampuan untuk menghindari predasi serta rentan terhadap serangan penyakit-penyakit berbahaya. Data-data mengenai dampak logam berat terhadap ikan dapat dilihat pada Tabel 1.
Logam-logam yang terlarut di dalamair memiliki beberapa bentuk kimiawi, ada yang bersifat racun dan ada yang tidak. Tingkat asam/basa (pH) air merupakan faktor yang sangat berperan mengarahkan apakan bentuk kimiawi logam terlarut tersebut beracun atau tidak. Pada pH yang tinggi, beberapa logam akan berbentuk hidrosida atau karbonat yang relatif sukar terlarut.
Senyawa-senyawa ini cenderung terpresipati atau tetap berbentuk partikulat-partikulat yang tidak beracun yang terlarut dalam air. Sebagian logam-logam lainnya cenderung akan berbentuk komponen yang mudah terlarut dalam pH yangt inggi.
􀂈 Sumber Logam Beracun
Sumber-sumber logam beracun pada perairan dapat berasal dari proses alamiah maupun akibat kegiatan manusia seperti pembuangan limbah industri atau pertambangan ke perairan terbuka. Terkadang sumber pencemaran logam beracun hanya berasal dari satu lokasi, tapi karena adanya pergerakan air sepanjang alur sungai atau arus dari satu perairan keperairan lainnya dapat menyebabkan meluaskan lokasi perairan yang tercemar.
Di beberapa perairan dengan tingkat pencemaran logam berbahaya yang tinggi, kadang-kadang ditemukanlokasi perairan yang sama sekali tidak ditemukan kehidupan hewan-hewan akuatik atau ikan. Perairan-perairan yang dekat dengan lokasi pertambangan, hunian yang padat serta pengolahan minyak bumi umumnya memiliki tingkat konsentrasi logam berbahaya yang tinggi diperairan sekitarnya.
Logam-logam berbahaya yang dibuang oleh industri dapat langsung masuk ke badan air atau yang berbentuk senyawa gas-gas dapat masuk keperairan melalui interaksi antara air udara atau melalui run-off air permukaan akibat hujan.
􀂈Prosedur Diagnosis
Logam-logam beracun dapat menyebabkan kematian atau efek-efek sublethal terhadap ikan. Banyak senyawa atau ion logam-logam beracun yang terakumulasi di dalam tubuh ikan terutama pada organ hati, ginjal, insang, jantung, limpa dan tulang. Bila diamati dengan menggunakan miskroskop, akan terlihat perubahan-perubahan patologis pada organ-organ tersebut apabila sampel ikan yang diperiksa merupakan ikan yang terpapar oleh logam-logam beracun. Analisis kuantitatif terhadap akumulasi kandungan logam-logam beracun pada tubuh ikan juga diperlukan untuk kegiatan diagnosis.
Selain itu, diperlukan juga analisis terhadap kondisi perairan terutama sedimen dasar perairan dan organisme yang merupakan sumber makanan bagiikan tersebut. Efek-efek sublethal (tidak sampai mematikan) akibat keracunan logam lebih sulit untuk di diagnosis. Akumulasi logam-logam berbahaya pada jaringan tubuh ikan mungkin telah mencapai batas berbahaya tetapi belum menyebabkan kematian pada ikan.
Kemampuan bereproduksi mungkin menurun tetapi tidak hilang sama sekali. Gejala-gejala sublethal yang akan timbulcenderung mirip dengan gejala penyakit akibat malnutrisi. Melalui pengujian histopatologi akan terlihat degeneratif yang parah pada jaringan tubuh dan organ-organ vital ikan yang berbeda dengan gejala keracunan yang disebabkan oleh faktor lain.
Nilai-nilai kimiawi darah dari hasil uji hematologis mungkin akan rendah tetapi masih dalam ketagori normal. Analisis enzimatik juga cenderung menghasilkan hasil yang serupa, yaitu terjadi penurunan akrifiktas enzim-enzim tertentu tepai masih dalam batas yang normal. Kadang-kadang pengujian kondisi lingkungan perairan diperlukan untuk memastikan diagnosis ini.
Analisa kualitas air untuk menguji komponen-komponen logam berbahaya sangat penting untuk mengetahui secara kuantitatif tingkat toksisitas logam berbahaya terhadap ikan. Hubungan antara kesadahan air dan pH terhadap tingkat toksisitas telah banyak dipelajari dan dipublikasikan. Selain itu perlu juga dilakukan pengujian terhadap pengaruh faktor-faktor kualitas air lainnya seperti alkalinitas, kandungan bahan/material terlarut danlain-lainnya.
Tabel 1. Pengaruh konsentrasi logam terhadap perikanan
No.
Jenis Logam
TLm (ppm)
Konsentrasi Aman (ppm)
Keterangan
1
Alumunium
0,3 (24 Jam)
≤ 0,1
Tingkat kelarutan maksimum 0,05 mg/L pada pH 7; 5 mg/L pada pH 9
2
Arsenik
Sebagai arsenite
1,1 – 2,2 (48 jam)
14,1 – 14,4

≤ 0,7

Terkonsentrasi dalam rantai makanan
3
Cadmium
0,01 – 10,0
≤ 0,001
Tergantung pada kesadahan air, faktor lingkungan dan spesies ikan
4
Chromiun
5,0 – 118,0 (96 Jam)
≤ 0,05
Tergantung pada kualitas air, derajat ikan kovalen (hexavalent atau trivalent) dan jenis senyawa
5
Tembaga (Copper)
3.0 – 7,0 (48 jam)
≤ 0,015
Tergantung pada kesadahan air, sinergitas dengan senyawa lainnya di dalam air dan spesies ikan
6
Besi (Iron)
0,1 – 10,0 (24 – 48 jam)
≤ 0,03
Tingkat kelarutan besi tergantung pada pH; besi dalam bentuk hidrosida dapat terserap oleh insang dan menyebabkan gangguan penyerapan oksigen pada pH 7 atau lebih tinggi; Tingkat toksisitas tergantung pada kesadahan air.
7
Timbal (Lead)
1,0 – 7,0 pada ’soft water’,
400+ pada ’hard water’ (96
Jam)
≤ 0,03
Tingkat kelarutan tergantung pada pH; toksisitas tergantung pada kesadahan air.
8
Mangan (manganese)
2,2 – 4,1 (24 jam)
-
Bentuk permanganat lebih beracun dibandingkan bentuk lainnya; senyawa mangan bersifat tidak stabil dan terpresipitasi sebagai oksida pada pH lebih dari 7,5
9
Merkuri
1,0
0,0005
Akumulasi biologis pada tubuh ikan sebesar 0,5 mgc Hg setiap gram berat tubuh ikan
10
Nikel
5 – 43 (96 jam)
≤ 0,03
Toksisitas tergantung pada kesadahan air
11
Perak
Sebagai sulfida +
Thiosulfat
komplek
0,004 – 0,2
280 – 360 (96 jam)

0,0001 – 0,0005
16 – 35

Toksisitas tergantung pada kandungan bahan-bahan organik di air, bentuk senyawa perak dan lainnya.
12
Uranium
2,8 – 135,0 (96 jam)
-
Toksisitas tergantung pada kesadahan air
13
Zinc
0,87 – 33,0 (96 jam)
≤ 0,05
Toksisitas tergantung pada kesadahan air dan komponen logam lainnya dalam air.
Keterangan:
TLm=Nilai tengah (median) batas toleransi dimana 50% individu dapat bertahan hidup dalam air yang terdapat logam berbahaya dalam konsentrasi tertentu dan untuk waktu pemaparan yang tertentu pula.

Sumber:
Kusbiandany, S. 2008.InfoKarikan Vol. 5 No. 1 | April 2008 | 30.