Minggu, 23 Desember 2012

TINGKAH LAKU UDANG VANAMEI

Gambar 1. Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)


Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) termasuk golongan omnivora atau pemakan segala. Beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polychaeta, larva kerang dan lumut. Sifat-sifat Penting udang vannamei antara lain yaitu aktif pada kondisi gelap (nokturnal), dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline), suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat, tetapi terus-menerus (continous feeder), menyukai hidup di dasar (bentik) dan mencari makan lewat organ sensor (chemoreceptor).


Klasifikasi Vannamei    
          Klasifikasi udang vannamei, yaitu
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

Morfologi Vannamei

Tubuh udang vanname dibentuk oleh dua cabang (Biramous), yaitu exopodite dan endopodite. Vannamei memiliki tubuh yang berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (Moulting). Bagian tubuh udang vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan sebagai berikut.
a. Makan, bergerak, dan membenamkan diri kedalam lumpur (Burrowing)
b. Menopang insang karena struktur insang udang mirip bulu unggas.
c. Organ sensor, seperti pada antena dan antenula.

Siklus Hidup Vannamei

Udang biasa kawin di daerah lepas pantai yang dangkal. Proses kawin udang meliputi pemindahan spermatophore dari udang jantan ke udang betina. Peneluran bertempat pada daerah lepas pantai yang lebih dalam. Telur-telur dikeluarkan dan difertilisasi secara eksternal di dalam air. Seekor udang betina mampu menghasilkan setengah sampai satu juta telur setiap bertelur. Dalam waktu 13-14 jam, telur kecil tersebut berkembang menjadi larva berukuran mikroskopik yang disebut nauplii/nauplius (Perry, 2008).

Gambar 2. Siklus Hidup Vannamei

Reproduksi Vannamei
Perilaku kawin pada Penaeus vannamei pada tangki maturasi dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti temperatur air, kedalaman, intensitas cahaya, fotoperiodisme, dan beberapa faktor biologis seperti densitas aerial dan rasio kelamin (Yano et al., 1988). Menurut Dunham (1978), bahwa adanya perilaku kawin pada krustasea disebabkan adanya feromon. Udang jantan hanya akan kawin dengan udang betina yang memiliki ovarium yang sudah matang. Kontak antena yang dilakukan oleh udang jantan pada udang betina dimaksudkan untuk pengenalan reseptor seksual pada udang (Burkenroad, 1974). Proses kawin alami pada kebanyakan udang biasanya terjadi pada waktu malam hari (Berry, 1970). Tetapi, udang Penaeus vannamei paling aktif kawin pada saat matahari tenggelam. Spesies Penaeus vannamei memiliki tipe thelycum tertutup sehingga udang tersebut kawin saat udang betina pada tahap intermolt atau setelah maturasi ovarium selesai, dan udang akan bertelur dalam satu atau dua jam setelah kawin (Wyban et al., 2005).
Gambar 3. Perilaku Vannamei Mating
BACA SELENGKAPNYA »»  

Kamis, 13 Desember 2012

IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Gambar 1. Nila (Oreochromis niloticus)

1.        Deskripsi Nila
Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika pada tahun 1969an. Ikan nila termasuk jenis ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan, memiliki sifat omnivora (memakan fitoplankton, perifiton, tanaman air, avertebrata kecil, fauna bentik, detritus dan bakteri yang berasosiasi dengan detritus) dan mampu mencerna makanan secara efisien serta pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap serangan penyakit.
Ikan nila memiliki bentuk badan pipih kesamping memanjang dengan garis-garis pada sirip ekor berwana merah sejumlah 6-12 buah, pada sirip pungung terdapat garis-garis miring, mata tampak menonjol & besar, tepi mata berwarna putih, mempunyai garis vertikal sepanjang tubuh 9-11 buah. Ciri khas ikan nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Selain itu juga memiliki karakteristik sebagai ikan parental care yang merawat anaknya dengan menggunakan mulut (mouth breeder).
Ikan nila merupakan ikan jenis tropis yang menyukai perairan dangkal. Ikan ini hidup di lingkungan air tawar, air payau dan air laut. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan tawar,  payau, tambak dan perairan laut.

2.        Klasifikasi Nila
Klasifikasi nila adalah sebagai berikut:
·           Kingdom       : Animalia
·           Filum       : Chordata
·           Sub-Filum     : Vertebrata
·           Kelas            : Actinopterygii
·           Ordo             : Perciformes
·           Famili            : Cichlidae
·           Genus            : Oreochromis
·           Spesies          : Oreochromis niloticus

3.        Perbedaan Nila Jantan dan Betina
Gambar 2. Nila jantan dan betina
(www.nila.com)
Perbedaan antara nila jantan dan betina yaitu:
·           Dagu nila jantan berwarna kemerahan atau kehitaman sedangkan dagu nila betina berwarna putih
·           Sirip dada nila jantan berwarna coklat kemerahan sedangkan sirip dada nila betina berwarna kehitaman
·           Perut nila jantan berbentuk pipih (ramping) dengan warna kehitaman sedangkan betina perutnya lebih buncit (menggembung) dan berwarna putih
·           Alat kelamin nila jantan berbentuk meruncing dan apabila dipijat akan mengeluarkan cairan berwarna putih kental sedangkan betina berbentuk seperti bulan sabit dan apabila dipijat akan mengeluarkan butiran telur
·           Nila jantan mempunyai 2 buah lubang yaitu anus & urogenital (urine & sperma) sedangkan nila betina mempunyai 3 buah lubang yaitu anus, genital/telur & lubang urine.

Gambar 3. Perbedaan kelamin jantan dan betina ikan nila
(www.artaquaculture.blogspot.com)

4.        Jenis-Jenis Nila di Indonesia
               Ikan nila di Indonesia terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
·           Nila JICA
Ikan nila JICA merupakan hasil pengembangan riset oleh Balai Besar Budidaya Air Tawar Jambi, dengan merekayasa genetic ikan nila. Ikan nila untuk riset didatangkan dari lembaga riset Kagoshima Fisheries Research Station di Jepang yang dibantu sepenuhnya oleh JICA (Japan for International Cooperation Agency). Ikan nila ini sangat disukai oleh pembudidaya karena pertumbuhannya yang cepat dan disukai oleh masyarakat.
·           Nila NIRWANA
Ikan nila Nirwana merupakan nila hasil pengembangan dari Balai Pengembangan Benih Ikan Wanayasa yang terletak di Purwakarta, Jawa Barat. Nirwana merupakan singkatan dari Nila Ras Wanayasa. Keunggulan nila Nirwana dibandingkan dengan nila biasa, yaitu : pertumbuhannya yang cepat karena dalam waktu enam bulan dapat mencapai bobot 1 kilogram. Kemudian bentuk tubuh yang lebih lebar dan kepala lebih pendek serta struktur daging lebih tebal.
·           Nila JATIMBULAN
Ikan nila jenis ini merupakan hasil perekayasaan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis PBAT Umbulan yang terletak di Pasuruan Jawa Timur. Keunggulan nila ini adalah pertumbuhannya yang lebih cepat dibandingkan dengan nila biasa dan struktur dagingnya yang lebih kenyal.
·           Nila LARASATI
Ikan nila Larasati merupakan nila hasil perekayasaan oleh PBIAT Janti, Klaten. Nila Larasati adalah singkatan dari Nila Merah Strain Janti. Ikan ini merupakan persilangan antara nila hitam dengan nila merah. Keunggulan nila Larasati yaitu pertumbuhannya seperti nila merah sedangkan reaksi pakannya seperti nila hitam, pemeliharaan lebih cepat, dagingnya lebih banyak dan SR (kelangsungan hidup) tinggi.
·           Nila BEST
Nila BEST merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar di Bogor Jawa barat. BEST adalah singkatan dari Bogor Enhanced Strain Tilapia. Keunggulan nila BEST ini yaitu : tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim, pertumbuhan lebih cepat, memiliki telur 3-5 kali lebih banyak dibandingkan ikan nila lainnya, larva yang dihasilkan relatif lebih besar, tahan terhadap penyakit dan tingkat hidup di atas 90%.
·           Nila GESIT
Nila Gesit adalah ikan nila hasil pemuliaan yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat. Gesit juga merupakan singkatan, yaitu Genetically Supermale Indonesia Tilapia. Nila  Gesit yang secara genetis diarahkan menjadi jantan super. Perbaikan  genetis, yaitu menciptakan kromosom sex YY yang dibuat dengan metode rekayasa kromosom sex  ikan nila jantan normal (kromosom XY) dan betina (kromosom XX). Keunggulan nila Gesit, yaitu : benih yang dihasilkan 90% adalah nila jantan, pertumbuhan 30% lebih cepat.
·           Nila SALIN
Nila salin adalah nila hasil inovasi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menghasilkan ikan nila salin yang toleran terhadap salinitas atau tingkat keasinan air lebih dari 20 ppt. Bibit  nila salin diperoleh dari seleksi nila sifat unggul melalui metode diallel crossing untuk mengetahui bibit yang tahan salinitas tinggi. Keunggulan nila salin yaitu selain kuat menghadapi salinitas tinggi juga dapat dipanen lebih cepat dengan tempo 3-4 bulan dihasilkan nila berukuran 250 gr dengan tebar benih awal ukuran 5-10 cm.
·           Nila SRIKANDI
Nila Srikandi adalah ikan nila  yang dihasilkan oleh Litbang Sukamandi, Jawa Barat.  Nila Srikandi merupakan singkatan dari Nila Ras Sukamandi. Keunggulan dari nila ini yaitu resisten terhadap salinitas 10 s/d 30 ppt.
·           Nila TA
               Nila TA belum banyak dikenal dikalangan masyarakat umum. Nila TA mirip dengan nila GIFT. Bedanya, terdapat pada garis-garis vertikal tubuh dan ujung sirip punggung lebih sedikit dibandingkan dengan nila GIFT. Selain itu, nila TA terdapat garis tepi berwarna merah pada sirip punggung dan ekor nila TA jantan.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Minggu, 09 Desember 2012

PRODUK PROBIOTIK IKAN DAN UDANG


Gambar 1. King's Prawn Super-N
King's Prawn Super-N  merupakan probiotik yang bervitalitas tinggi, memudahkan berkembangnya bakteri yang menguntungkan dan menekan bakteri yang merugikan seperti Vibrio sp, sehingga dihasilkan ekosistem yang baik dan seimbang serta memperkecil resiko timbulnya penyakit.
Komposisi                  : Bacillus subtilis, Nitrosomonas sp dan Nitrobacter sp dengan kepadatan Min. 2,5 x 108 cfu/ml.
Dosis dan cara pemakaian :
·         Masa Persiapan
Setelah air masuk 30 cm, gunakan 3-5 ppm KP SUPER – N, yang digunakan untuk pertumbuhan plankton serta meningkatkan populasi bakteri yang menguntungkan dan isi air lagi sesuai kondisi kolam
·         Tahap Awal
Berikan 0,5 – 1,0 ppm (5-10 Liter/ha) per minggu
·         Tahap Pertengahan
Berikan 0,5 – 1,5 ppm (5-15 Liter/ha) per minggu.
·         Tahap Akhir
Berikan 1-1,5 ppm (10-15 Liter/ha) per minggu
Berikan sekitar jam 08.00-11.00 pagi (saat cuaca cerah), sesudah pemberian pakan dan nyalakan kincir selama pemberian SUPER-N.
Peringatan khusus    : disimpan pada suhu ruang atau 25 oC dan hindarkan dari sinar matahari secara langsung. Dikocok sebelum dipakai.
No. Registrasi            : Izin prinsip KKP No. 3747/DPB/PB.430.D4/VII/2012 
Indikasi                      :
·         Menguraikan NH3 dan NO2 di air dan dasar tambak
·         Menguraikan bahan organik, lumpur dan suspensi
·         Mencegah pembusukan dasar tambak
·         Meningkatkan perkembangan plankton yang menguntungkan
·         Mencegah stress
·         Efektif dalam suasana aerob dan anaerob
·         Efektif pada kisaran (pH, salinitas, suhu) yang luas
·         Non-residu, tidak menimbulkan residu dan tidak berefek samping


 Gambar 2. KP Probiotik
King’s Prawn Probiotik merupakan probiotik yang bervitalitas tinggi sehingga memudahkan berkembangnya bakteri yang menguntungkan dan menekan bakteri yang merugikan, sehingga dihasilkan ekosistem yang baik dan seimbang. Dengan kandungan bakteri yang tinggi dan multienzim yang menguntungkan (protease, laktase, amilase, lipase) serta mikroorganisme alamiah (Bacillus sp) akan membuat King’s Prawn Bacs mampu meningkatkan hasil produksi.
Komposisi : Bacillus sp (Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis dan Bacillus megaterium) dengan kepadatan Min. 2,5 x 108 cfu/ml.
Dosis dan cara pemakaian :
Persiapan Lahan          :
·         Setelah dasar tambak dibajak dan diproses pengapuran selesai, isi dengan air ± 10 cm
·         Tebar merata sebanyak 1 ppm (10 Liter/ha), biarkan selama seminggu
·         Tambahkan lagi 0,5 ppm (5 Liter/ha) 2-3 hari sebelum tebar.
Pemeliharaan               :
Untuk menjaga kestabilan warna air gunakan 5 Liter/ha setiap minggu selama proses budidaya. Jika terjadi warna plankton putus dan over blooming, gunakan 5-10 Liter/ha per 2 hari sampai kondisi warna air stabil.
Jika terjadi gejala penyakit atau stress gunakan 10 Liter/ha sampai kondisi udang normal kembali.
Peringatan khusus   : disimpan pada suhu ruang atau 25 oC dan hindarkan dari sinar matahari secara langsung. Dikocok sebelum dipakai.
No. Registrasi            : Izin prinsip KKP No. 3747/DPB/PB.430.D4/VII/2012 
Indikasi                      :
·         Meningkatkan perkembangan plankton yang menguntungkan
·         Menstabilkan dan meningkatkan kualitas air
·         Mencegah pembusukan dasar tambak
·         Cepat bereaksi dan nyata hasilnya
·         Mencegah berkembangnya penyakit
·         Mencegah stress
·         Mengurangi bahan-bahan beracun (NH3, H2S dll)
·         Meningkatkan produksi panen
·         Menekan atau menghilangkan bahan organik dan suspensi yang merugikan
·         Menghilangkan gelembung/busa
·         Dicampur untuk pakan memperbaiki sistem pencernaan dan mempercepat penyerapan gizi makanan dengan dosis 1 kg pakan dicampur 20 ml (1 tutup botol)
BACA SELENGKAPNYA »»  

CP

CP King's afiesh sp :
pasoedja_lahat@yahoo.co.id atau pasoedjalahat@gmail.com






BACA SELENGKAPNYA »»  

Rabu, 05 Desember 2012

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP PERIKANAN

Isu pemanasan global saat ini bukan sekedar isu, tetapi memang nyata dan dapat kita lihat serta rasakan dari fenomena yang ada seperti perubahan iklim. Selain itu, kenaikan permukaan air laut, penurunan hasil panen pertanian dan perikanan, serta perubahan keanekaragaman hayati. Ketika cahaya matahari mengenai atmosfer serta permukaan bumi, sekitar 70% dari energi tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh tanah, lautan, tumbuhan serta benda-benda lainnya. 30 % sisanya dipantulkan kembali melalui awan, hujan serta permukaan reflektif lainnya. Tetapi panas yang 70% tersebut tidak selamanya ada di bumi, karena bila demikian maka suatu saat bumi kita akan menjadi “bola api”.
Fenomena terjadinya pemanasan global adalah akibat semakin meningkatnya gas buang penyebab efek rumah kaca (green house effect) yang terjadi di atmosfer pada lapisan troposfer. Gas buang ini antara lain uap air, CO2, CO, CH4, N2O dan gas-gas lainnya yang mengabsorpsi radiasi infra merah, sehingga meningkatkan temperatur rata-rata di permukaan bumi. Kegiatan manusia merupakan penyebab utama peningkatan gas rumah kaca yang ada sekarang. Sumber-sumber GRK sangat beragam, tetapi yang terutama adalah CO2, CH4 dan Chloro Fuoro Carbon (CFC) (Suratama, 2001).
Manfaat atmosfer secara langsung terhadap permukaan bumi, antara lain :
· untuk mengatur dan menyaring sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi sehingga suhu di permukaan bumi tidak berubah dengan ekstrim
· sebagai medium bagi penjalaran gelombang bunyi
· mengatur sirkulasi udara
· sebagai penahan radiasi matahari
· sebagai tempat tersedianya gas oksigen bagi pernafasan dan pembakaran
Atmosfer tidak hanya memberikan manfaat seperti yang telah disebutkan di atas, akan tetapi atmosfer juga memberikan beberapa dampak negatif. Fenomena yang berkembang belakangan ini adalah efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Kondisi ini pada akhirnya akan berakibat buruk terhadap permukaan bumi, termasuk bagi dunia perikanan, antara lain :
a. Menurunnya Produksi Ikan
Menurut Suratama (2001) khusus di Bali, dampak pemanasan global sudah mulai tampak dengan naiknya permukaan air laut, turunnya produksi ikan di Benoa dan Pengambengan serta turunnya kualitas dan persediaan air tanah. Abrasi di pantai Kuta misalnya, sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan, belum lagi intrusi air laut ke sumur-sumur penduduk.
b. Rusaknya Ekosistem Karang
Rahayu (2009) menyatakan bahwa lautan menyerap CO2 dari atmosfer sekitar 2.2 giga ton per tahun atau 30% dari total CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia (JGOFS, 2000). CO2 yang masuk kedalam laut berbentuk asam karbonat (carbonic acid) yang akan membuat laut semakin asam. Hal ini akan membuat pH air laut turun dan juga menurunkan konsentrasi ion karbonat.
Berkurangnya ion karbonat akan menurunkan kemampuan karang untuk membangun kerangka dan struktur kerang tulang punggung gugusan koral. Perubahan suhu laut yang mendadak dapat berdampak negatif, yaitu menurunnya kualitas hingga kerusakan ekosistem laut dan pesisir seperti pemutihan (bleaching) terumbu karang dan kematian budidaya pesisir. Suhu optimum untuk pertumbuhan terumbu karang adalah 25°C-29°C. Peningkatan suhu permukaan laut antara 1°C hingga 2°C biasanya akan diikuti oleh bleaching pada koloni yang tidak tahan terhadap perubahan lingkungan. Pada waktu El Nino kuat yang terjadi pada tahun 1997-1998, coral bleaching terjadi di beberapa wilayah perairan pesisir seperti Sumatera Barat, Sumatera bagian timur, Kepulauan Seribu, Bali, Karimunjawa, Gili Lombok, dan Kalimantan Timur (Hendiarti, 2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertukaran gas CO2 antara laut dan atmosfer dikarenakan perubahan suhu air laut (menghangat) akan berdampak pada penambahan gas CO2 di atmosfer.
Para ilmuwan dari Universitas Plymouth di Inggris melakukan evaluasi dampak karbon dioksida yang diserap laut melalui sebuah studi di lubang CO2 alamiah yang ditemukan di Laut Mediterania. Studi tersebut menunjukkan bahwa di dekat lubang dasar laut ini, CO2 membuat air menjadi lebih asam dan mengakibatkan hilangnya keanekaragaman laut dalam perbandingan yang sama dengan pengasaman. Karena berkurangnya kalsium di air yang asam, kerangka keong menjadi hancur dan terumbu karang tidak dapat terbentuk. Dr. Carol Turley dari Laboratorium Laut Plymouth mengatakan, “Ini berarti satu-satunya cara untuk mengurangi pengasaman laut adalah dengan pengurangan emisi CO2 dalam jumlah yang besar."
c. Ikan-Ikan Hiu Terancam Punah
Studi baru-baru ini yang dimuat dalam jurnal Pelestarian Biologi menyatakan bahwa populasi dari banyak spesies ikan hiu yang berkurang dengan cepat membuat para ilmuwan prihatin tentang dampaknya terhadap ekosistem laut secara keseluruhan. Kelompok-kelompok pelestarian menyerukan agar dilakukan langkah-langkah global untuk melindungi ikan hiu itu, bahkan beberapa jenis hampir lenyap sama sekali.
d. Spesies Anjing Laut Punah
Setelah tidak terlihat selama lebih dari 50 tahun, anjing laut di Karibia atau India Barat sekarang dinyatakan punah. Anjing laut subtropis yang pernah ditemukan secara berlimpah di Laut Karibia, Teluk Meksiko, dan sebelah barat Samudera Atlantik, pada dasarnya diburu sampai punah. Dua spesies berhubungan lainnya, anjing laut Mediteranian dan Hawai baru-baru ini terdaftar sebagai satwa yang terancam punah, dengan perlindungan intensif yang diperlukan untuk menghindari kepunahan.
e. Laut Tidak Asin Lagi
Sejak akhir tahun 1960-an, sebagian besar air Samudra Atlantik Utara menjadi kurang asin (Mahale, 2009). Penyebabnya adalah peningkatan jumlah air tawar yang masuk ke laut akibat pemanasan global. Kini untuk pertama kalinya para peneliti mengukur aliran air tawar yang masuk, memungkinkan mereka untuk memperkirakan efek jangka panjang terhadap lautan dunia. Perubahan iklim di belahan bumi utara telah melelehkan gletser dan membawa lebih banyak hujan dan menyebabkan lebih banyak air tawar mengalir ke laut. Akibat langsungnya adalah kenaikan permukaan air laut dan tenggelamnya wilayah pesisir. Bila banyaknya air tawar yang masuk ke laut mengubah aliran ini baik musiman maupun jangka panjang maka ia akan mempengaruhi banyak hal, mulai terbentuknya badai hingga banjir dan udara panas maupun dampak ekologi terhadap kehidupan organisme di laut. Pengaruh lainnya adalah dengan mencairnya es di kutub, maka akan meningkatkan permukaan air laut Mahale (2009).
Kenaikan suhu permukaan ini juga menyebabkan mencairnya permukaan es di dunia yang keseluruhannya seluas 23 juta km2 maka air laut akan naik 1,7 % atau sekitar 180 ft, yang bisa menenggelamkan 20 tingkat gedung Empire State di New York (Hendrickson, 1984).
f. Pengaruh Terhadap Organisme Laut
Hasil penelitian Global Coral Reef Monitoring Network menunjukkan, lebih dari dua pertiga terumbu karang di seluruh dunia telah rusak, bahkan terancam punah (Arvian, 2006). Ancaman ini tak lain karena adanya pemanasan global yang tengah terjadi. Laporan yang dipublikasikan awal minggu ini menyebutkan, berbagai ancaman dapat berisiko bagi kelangsungan terumbu karang, semisal polusi, pencemaran, penangkapan ikan berlebihan, kenaikan temperatur, dan penggunaan sianida dan bom untuk menangkap ikan. Pasalnya, kenaikan temperatur secara mendadak meski kecil menyebabkan terumbu karang "memutih" karena terlepasnya ganggang dari jaringan terumbu (Arvian, 2006). Laporan Global Coral Reef Monitoring Network juga menyebutkan kepunahan terumbu karang menyebabkan hilangnya daerah pesisir, dan membuka peluang terjadinya pengikisan yang disebabkan gelombang laut.
Meningkatnya temperatur, kenaikan jumlah CO2 yang dirasakan air laut membuat jumlah karang yang dapat mengeras karena kapur atau tengah membentuk terumbu menurun. Sebab itu, para peneliti yang tergabung dalam Global Coral Reef Monitoring Network mengusulkan pengurangan emisi gas CO2 dan efek rumah kaca lainnya untuk menyelamatkan terumbu (Arvian, 2006). Kerusakan terumbu karang secaa tidak langsung mengancam kehidupan organisme lain yang menghuni terumbu karang. Selain itu terumbu karang juga dikenal sebagai tempat mencari makan dan memijah bagi sebagian besar organisme. Kerusakan terumbu karang bisa berdampak punahnya sebagian besar organisme. Salah satu keuntungan pemanasan global yaitu pada Caulerpa taxiola yang merupakan tumbuhan lunak berwarna hijau cerah berukuran kecil, hidup di wilayah perairan pasifik tropis yang mati apabila suhu turun di bawah 700 F (Ehrlich, 2000).
Untuk itu kita sebagai manusia yang memiliki kemampuan dalam berfikir harus menjaga ekosistem lingkungan. Menjaga ekosistem tersebut dapat dilakukan dengan menanam tanaman (penghijauan) baik di pantai maupun di daratan, mencegah penggundulan hutan dan lain-lain. Selain itu, kita tidak boleh merusak ekosistem yang sudah ada seperti cagar alam, hutan lindung, konservasi sumber daya alam dan hewan dan sebagainya supaya lingkungan tetap seimbang. Mari bersama-sama menyelamatkan bumi kita dari global warming untuk kemaslahatan umat di dunia.
BACA SELENGKAPNYA »»  

Senin, 26 November 2012

GLOSARIUM PERIKANAN II

Non-Parental Care : induk yang tidak peduli terhadap keturunannya.
Nursery Ground : daerah asuhan.
Omnivora : ikan yang biasanya makan tanaman dan hewan.
Oogenesis : suatu proses perkembangan telur pada ovarium.
Organogenesis : merupakan stadia terakhir dari proses perkembangan embrio. Stadia ini merupakan  proses pembentukan organ-organ tubuh makhluk hidup yang sedang berkembang. Dalam proses organogenesis terbentuk berturut-turut bakal organ yaitu syaraf, notochorda, mata, somit, rongga kuffer, kantong alfaktori, rongga ginjal, usus, tulang subnotochord, linea lateralis, jantung, aorta, insang, infundibullum dan lipatan-lipatan sirip.
Osmokonformer : organisme yang secara osmotik labil, karena tidak mempunyai kemampuan mengatur kandungan garam serta osmolaritas di dalam cairan internalnya.
Osmoregulasi : upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau suatu proses pertukaran tekanan osmose.
Osmoregulator : organisme yang emmpunyai mekanisme faali untuk menjaga kemantapan interiurnya dengan cara mengatur osmolaritas (kandungan garam dan air) pada cairan internalnya.
Osmosis : difusi atau aliran substansi-substansi melalui suatu membran.
Ostracophil : ikan yang memijah pada cangkang binatang yang telah mati (karang-karang) seperti ikan ekor kuning.
Otolit : bagian keras dari ikan yang terbentuk dari kalsium dan arogonit, yang dapat berguna dalam perhitungan pertumbuhan dan umur ikan.
Outbreeding : perkawinan antara individu-individu yang tidak sekerabat (berbeda induknya), masih dalam satu varietas atau beda varietas.
Ovaprim : merk dagang bagi hormone analog yang mengandung 20µg analog salmon gonadotropin releasing hormone (s GnRH), LHRH dan 10µg domperidone sejenis anti dopamin, per milliliter. memacu terjadinya ovulasi. Pada proses pematangan gonad GnRH analog yang terkandung didalamnya berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin akan dihambat oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi dengan antagonisnya maka peran dopamine akan terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat.
Ovarian Fecundity : jumlah telur matang yang ada dalam ovarium sebelum dikeluarkan dalam pemijahan.
Ovarium : kelenjar kelamin betina yang menghasilkan ovum.
Over Feeding : pemberian pakan yang berlebihan.
Ovipar : ikan yang berkembangbiak dengan menghasilkan telur atau ikan yang mengeluarkan telur saat pemijahan; perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan pelepasan sel telur jantan dan betina, dimana spermatozoa di luar tubuh dan fertilisasi di luar tubuh.
Ovipositor : alat yang dipakai untuk menyalurkan telur ke bivalvia.
Ovivipar : ikan yang berkembangbiak dengan menghasilkan telur tetapi telur tersebut menetas dalam tubuh induknya.
Ovovivipar : ikan yang melahirkan anaknya; perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan betina melepaskan telur dari ovarium ke dalam saluran reproduksi dan jantan memasukkan spermatozoa ke dalam alat kelamin betina dengan cara copulasi.
Ovulasi : proses terlepasnya sel telur dari folikel proses keluarnya sel telur (oosit) yang telah matang dari folikel dan masuk ke dalam rongga ovarium atau rongga perut.
Padat Tebar : jumlah benih yang ditebarkan per luas permukaan air kolam dengan memperhatikan ukuran dan atau umur benih sehingga terjadi hubungan antara berat total benih per luas permukaan air kolam.
Pakan Alami : jasad hidup yang diberikan sebagai pakan pada organisme air.
Pakan Basah : pakan yang mengandung air biasanya lebih dari 50%. contoh pakan basah antara lain adalah cincangan daging cumi-cumi atau ikan laut.
Pakan Buatan : pakan yang dibuat dari berbagai macam bahan baku hewani dan nabati dengan memperhatikan kandungan gizi, sifat dan ukuran ikan yang akan mengkonsumsi pakan tersebut dengan cara dibuat oleh manusia dengan bantuan peralatan pakan.
Pakan Kering : pakan yang mengandung air  kurang dari 10%.
Pakan Lembab : pakan yang mengandung air berkisar antara 20-40%.
Pakan Lengkap (Complete Feed) :  pakan yang dalam konstribusinya menghasilkan penambahan berat badan lebih dari 50%.
Pakan Suplemen (Suplementary Feed) : pakan yang dalam konstribusinya hanya menghasilkan penambahan berat badan kurang dari 50%.
Panjang Dasar Sirip Dada/Perut : panjang terbesar menurut arah jari-jari sirip, dari pangkal sirip dada/sirip perut sampai puncak tertinggi sirip tersebut.
Panjang Gelombang : jarak mendatar antara dua puncak atau antara dua lembah yang berurutan.
Panjang Hidung atau Snout length (SntL) : diukur dari bagian kepala paling anterior sampai kelopak mata paling anterior.
Panjang Kepala atau Head length (HdL) : diukur dari bagian kepala paling anterior sampai tutup insang paling posterior,
Panjang Mata atau Eve length (EyeL) : diukur garis tengah dari rongga mata.
Panjang Orbital atau Orbital Length (OrbL) : diukur jarak diantara kedua bagian terluar kelopak mata.
Panjang Orbital Belakang atau Post Orbital Length (Post-orbL) : diukur dari bagian kelopak mata paling posterior sampai bagian tutup insang paling posterior.
Panjang Pangkal Ekor atau Caudal Penducle Length (CPedL) : diukur dari posterior dasar sirip anal sampai bagian pangkal batang ekor.
Panjang Predorsal atau Pre-Dorsal Length (PreDL) : diukur dari bagian kepala paling anterior sampai bagian anterior dasar sirip dorsal.
Panjang Rahang Atas/Bawah : jarak yang diukur dari ujung paling anterior sampai ujung paling posterior bertemu dengan badan, diukur melalui dasar sirip.
Parental Care : induk yang menjaga keturunannya (telur, larva atau benih).
Pascapanen (Post Harvest) : semua bentuk perlakuan atau pengolahan setelah proses panen; periode setelah panen.
Pelet  :  pakan buatan kering-lengkap, dengan ukuran ± 2 cm dan diameter 2 mm.
Pematang : pembatas air yang berada diantara saluran dan tambak atau antara tambak satu dengan yang lainnya.
Pematang Sekunder : pematang yang berbatasan langsung dengan saluran sekunder yang mengairi satu kelompok tambak.
Pematang Tersier : pematang yang berbatasan langsung dengan petakan tambak.
Pematang Utama atau Keliling : pematang yang berfungsi untuk melindungi seluruh hamparan tambak dari luapan air pasang tertinggi dan menahan air yang ada diseluruh petakan tambak.
Pembenihan  (Hatchery) : usaha budidaya yang menghasilkan benih.
Pembenihan Ikan : salah satu tahap kegiatan  on farm yang sangat menetukan tahap selanjtunya yaitu pembesaran.
Pemberokan : kegiatan pelemahan ikan dengan tidak memberikan pakan selama beberapa hari. 
Pembesaran (Growing) : usaha budidaya yang menghasilkan produk  berupa biota pada ukuran konsumsi atau ukuran final lainnya.
Pembesaran Ikan :  pemeliharaan anak ikan setelah periode pendederan hingga ukuran konsumsi.
Pembudidayaan Ikan : kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasiInya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkannya.
Pemijahan (Spawning) : proses perkawinan antara ikan jantan dan betina  hingga  ikan  mengeluarkan  telur  dan terbuahi oleh seperma; proses  pengeluaran  gamet  jantan  (sperma) dan atau betina (telur) ke media.
Pemijahan Ikan secara Alami : pemijahan ikan  tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon).
Pemijahan Ikan secara Semiintensif : pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam.
Pemijahan Ikan secara Intensif : pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik  stripping atau pengurutan.
Pen Culture (Kandang) : sistem budidaya berupa kandang dengan dinding terbuat dari jaring yang ditunjang oleh patok kayu, sementara dasar kandang berupa dasar perairan (dinding alam).
Pendederan Ikan : kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap untuk ditebar di unit produksi pembesaran atau benih yang siap dijual; pemeliharaan anak ikan setelah periode larva hingga ukuran tertentu, contoh untuk ikan mas hingga ukuran 5-8 cm.
Penebaran (Stocking) : kegiatan penempatan benih pada media pemeliharaan.
Penetasan : perubahan intracapsular (tempat yang terbatas) ke fase kehidupan (tempat luas), hal ini penting dalam perubahan-perubahan morfologi hewan; saat terakhir masa pengeraman sebagai hasil beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya.
Pengayaan  (Enrichment) : kegiatan menambah nilai gizi pada pakan alami dengan menambahkan bahan-bahan tertentu ke dalam kultur pakan alami.
Pengemasan (Packing) : kegiatan  untuk  menempatkan  produk budidaya di dalam wadah tertentu untuk memudahkan pengangkutan.
Penyaing (Competitor) : suatu makhluk yang dalam hidupnya merugikan makhluk lain karena memiliki kesamaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti dalam hal makanan seperti ikan seribu, ikan kepala timah dan lain-lain.
Penyakit : terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang dapat mematikan ikan.
Penyakit Ikan : segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyiponan : pembersihan air dalam wadah pemeliharaan dengan cara mengeluarkan kotoran bersama sejumlah air di dalamnya.
Perikanan : semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
Pertumbuhan : perubahan ukuran baik bobot maupun panjang dalam suatu periode atau waktu tertentu.
Pertumbuhan Allometrik : apabila pertumbuhan panjang atau berat bpada ikan lebih cepat bila dibandingkan dengan pertumbuhan berat atau panjangnya (b ˂ 3 atau b ˃ 3).
Pertumbuhan Allometrik (+) : apabila pertumbuhan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan panjangnya (b ˃ 3) seperti ikan mas koki dan ikan buntal.
Pertumbuhan Allometrik (-) : apabila pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan beratnya (b ˂ 3) seperti ikan belut dan sidat.
Pertumbuhan Isometrik : apabila pertumbuhan berat dan panjangnya seimbang (b=3) seperti ikan nila.
Pertumbuhan Mutlak/Absolut : perubahan ukuran baik berat atau panjang yang sebenarnya diantara dua umur atau dalam waktu satu tahun.
Pertumbuhan Nisbi/Relatif : persentase pertumbuhan pada tiap interval waktu (perbedaan ukuran pada waktu akhir interval dengan ukuran pada waktu awal interval dibagi dengan ukuran pada waktu akhir interval).
Petakan Tambak : wadah yang digunakan untuk produksi komoditas budidaya yang terdiri dari pematang, dasar tambak dan pintu air.
Petak Karantina : petak tambak yang berfungsi sebagai petak isolasi air media, baik air baru ataupun air lama (air resirkulasi)  yang mempunyai standar baku mutu air (steril, parameter air fisik, kimia, dan biologi yang  optimal).
Petak Pembesaran : petak tambak yang dipergunakan sebagai petak pemeliharaan udang hingga panen.
Petak Tandon (Biofilter dan Bioscreen) : petak tambak yang dipelihara organisme jenis ikan predator multispeies dan ikan  (bioscreen/ biofilter) guna untuk memangsa hama penular penyakit udang.
Petak Unit (Areal) Pengolah Limbah : petak/unit pengolahan limbah yang berfungsi sebagai petak penampungan air buangan kotoran (limbah) udang, terutama air buangan limbah tambak.
Petasma  : alat kelamin udang jantan yang menempel pada sepasang kaki renang pertama.
Phytophils : golongan ikan yang memijahnya pada perairan yang tedapat vegetasi untuk menempelkan telur yang dikeluarkan; ikan yang membutuhkan vegetasi (tumbuhan) untuk menempelkan telur seperti ikan mas dan lele.
Pinna Analis (Anal Fin) :  sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior anal . yang berfungsi membantu dalam stabilitas berenang ikan.
Pinna Caudalis (Caudal Fin) : sirip ikan yang berada di bagian posterior tubuh dan biasanya disebut sebagai ekor yang berfungsi sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) dan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.
Pinna Dorsalis (Dorsal Fin) : sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan ketika berenang serta bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak memutar.
Pinna Pectoralis (Pectoral Fin) : sirip yang terletak di posterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan yang berfungsi  untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengerem).
Pinna Ventralis (Ventral Fin) : sirip yang berada pada bagian perut ikan dan berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang dan  membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
Pintu Air : pintu yang berfungsi untuk mengatur kebutuhan air dalam tambak, baik kelompok tambak maupun seluruh hamparan tambak, dengan cara memasukkan atau mengeluarkan air ke atau dari dalam daerah tambak yang dialiri.
Pintu Monik : model pintu  pemasukan atau  pembuangan air yang terbuat dari pasangan bata/batu, dan cor semen  serta buis beton/gorong-gorong.
Pintu Sekunder : pintu air yang mengatur aliran air dari saluran utama ke saluran sekunder yang melayani satu  kelompok tambak yang terdiri dari beberapa petakan tambak.
Pintu Tersier : pintu air yang langsung melayani petakan tambak dan dapat pula dipakai untuk mengatur air dalam saluran tersier bila ada (bila jaringan irigasi tambak cukup luas).
Pintu Utama : pintu air yang menghubungkan sumber air dengan saluran utama.
Plankton : organisme renik yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan air; suatu golongan jasad hidup akuatik berukuran mikroskopik, biasanya berenang atau tersuspensi dalam air, tidak bergerak atau hanya bergerak sedikit untuk melawan atau mengikuti arus.
Polikultur : proses pemeliharaan dua atau lebih komoditas dalam satu wadah, baik ikan maupun non ikan.
Polyandry : ikan betina memiliki beberapa pasang dalam satu musim pemijahan seperti anemone fish.
Polygamous Polygyny : ikan jantan memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan seperti ikan mujahir, serranidae, (angelfish) manfish dan gurame.
Posterior : bagian belakang tubuh ikan atau lawan dari anterior (bagian depan tubuh).
Postlarva : masa larva dimana kantung kuning telur mulai hilang sampai terbentuknya organ-organ baru atau selesainya taraf penyempurnaan organ-organ yang telah ada sehingga pada masa akhir dari postlarva tersebut secara morfologi sudah mempunyai bentuk hampir seperti induknya.
Potamodrom : ikan yang hidup dan beruaya di perairan tawar saja termasuk sungai dan danau.
Predator :  pemburu atau pemangsa hewan lainya (ikan); ikan yang memakan hewan lain dengan terutama  menggunakan penglihatan untuk berburu mangsa meskipun pembau, perasa, dan organ indra lainnya mungkin saja digunakan.
Prefertilized Fecundity : jumlah telur di dalam ovarium sebelum terjadi pembuahan.
Pregnat Mare Serum (PMS) : hormon yang terdapat dalam serum bangsa kuda bunting, yang dihasilkan oleh jaringan plasenta.
Preservasi : pengawetan, pemeliharaan, penjagaan atau perlindungan.
Probiotik : mikroorganisme yang sengaja diberikan melalui pakan dan lingkungan karena menguntungkan bagi udang yang dibudidayakan/makanan tambahan berupa sel-sel mikroba hidup, yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan floramikroba intestinalnya.
Produktivitas Budidaya : produksi budidaya per satuan luas RTP (rumah tangga pembudidaya) dan waktu.
Produksi Off Farm : kegiatan produksi dalam perikanan yang terdiri dari pengadaan prasarana dan sarana produksi, penanganan hasil panen, distribusi hasil (antara lain transportasi ikan hidup) dan pemasaran. 
Produksi On Farm : kegiatan produksi dalam perikanan yang terdiri dari pembenihan dan pembesaran.
Prolarva : masa larva yang masih mempunyai kantung kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya belum diketahui.
Promiscuous : ikan jantan dan betina memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan seperti ikan herring, livebearers, dan surgeonfish.
Protocercal  : bentuk sirip ekor yang tumpul dan simetris dimana columna vertebralis terakhir mencapai ujung ekor.
Prototrikogen (Prototrichogynes) : saluran kecil yang terbentuk pada karpogonia (benih telur) yang memungkinkan terjadinya fusi organ seksual dengan spermatia.
Psamophil : ikan yang memijah di dasar perairan berpasir seperti ikan tawes.
Rantai Makanan : perpindahan energi makanan dari sumberdaya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-omnivora-carnivora).
Rantai Makanan Meramban atau Merumput : rantai makanan yang mata rantai dasarnya adalah tumbuh-tumbuhan yang berfotosintesis.
Rantai Makanan Detritus : rantai makanan yang mata rantai dasarnya adalah detritus.
Rawa  : kawasan lahan rendah yang senantiasa memiliki kepekaan tergenang air pada kurun waktu tertentu maupun sepanjang tahun.
Rawa Asin (Salt Marsh) : salah satu bagian dari ekosistem intertidal yang terdapat pada daerah lintang tinggi.
Rawa Payau : genangan air yang terbentuk akibat adanya legokan (cekungan) dibelakang garis pantai yang terisi (digenangi) air saat pasang air laut.
Redoks (Reduksi Oksidasi) : kegiatan untuk mentransfer elektron dari satu oksidan kepada reduktan.
Reproduksi : proses perkembangbiakan baik secara aseksual maupun seksual; kemampuan individu dalam menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenis atau kelompoknya; aspek biologis yang terkait mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkan individu baru.
Restocking   : penebaran ikan  di perairan umum.
Rostrum : ujung karapas yang mencuat tajam ke depan dan bergerigi.
Ruang Perivitelline : selaput chorion akan terlepas dengan selaput vitelline dan membentuk ruang.
Ruaya : satu mata rantai daur hidup bagi ikan untuk menentukan habitat dengan kondisi yang sesuai bagi keberlangsungan suatu tahapan kehidupan ikan.
Ruaya Pengungsian : ruaya untuk menghindarkan diri dari tempat yang kondisinya tidak baik, atau meninggalkan tempat daerah makanan beruaya ke tempat yang kondisinya buruk tetapi diperlukan untuk melengkapi daur hidupnya sebagai awal ruaya pemijahan.
Rumput Laut (Seaweed) : algae laut (agar-agar atau ganggang) yang termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta) di laut.
Rumus Sirip : rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-­jari sirip dan bentuk sirip yang merupakan ciri khusus.
Salinometer  : alat pengukur salinitas.
Saluran Air atau Kanal : saluran yang berfungsi mengalirkan air ke dalam tambak atau mengeluarkannya.
Saluran Pembuangan : saluran pembuangan air/limbah tambak yang berasal dari petak pembesaran, berfungsi sebagai saluran pengendapan lumpur/limbah.
Saluran Suplai Air :  saluran inlet yang menampung air dengan baku mutu air standar, yang  didistribusikan ke petak-petak pembesaran.
Saluran Tambak : saluran yang berfungsi untuk menyalurkan air dari dan keluar tambak.
Sampel Gabungan Tempat (Integrated Sample) : sampel gabungan yang diambil secara terpisah dari beberapa tempat, dengan volume yang sama.
Sampel Komposit (Composite Sample) : sampel campuran dari beberapa waktu pengamatan.
Sampel Sesaat (Grab Sample) : sampel yang diambil secara langsung dari badan air yang sedang dipantau.
Sampling : kegiatan untuk mengetahui pertumbuhan ikan dan udang baik berat maupun panjang tubuhnya.
Sanitasi : usaha untuk memberantas penyakit.
Saponin : racun alami yang banyak terdapat di dalam biji teh (Camellia sinensis) yang mampu memberantas hama ikan di kolam udang.
Saprokan : sarana produksi perikanan.
Sarana Budidaya Ikan : semacam  alat  dan  bahan  yang  diperlukan  dalam melaksanakan budidaya ikan.
Sayap Samping Tambak : sayap yang berfungsi untuk mencegah tanah pematang disekitar pintu agar tidak longsor oleh gerusan aliran air masuk dan keluar pintu.
Sayap Tengah (Butters) Tambak : sayap yang berfungsi untuk menahan rembesan air di sepanjang dinding luar pintu.
Scavanger  : biota pemakan bangkai.
Schoaling : sekelompok ikan dalam satu spesies yang secara bersama-sama mencari makan, migrasi, bertelur, atau istirahat.
Sedimen : endapan bahan-bahan organik dan anorganik yang tersuspensi ke dalam air dan diangkat oleh air sehingga terjadi pengendapan pada suatu tempat, dimana air tidak lagi sanggup membawa partikel tersuspensi.
Sedimen Biogenous : sedimen yang berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari remah-remah tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro.
Sedimen Cosmogenous : sedimen yang berasal dari ruang angkasa  dimana partikel dari benda-benda angkasa ditemukan dasar laut dan mengandung banyak unsur besi sehingga mempunyai respons magnetik dan berukuran antara 10-620 m.
Sedimen Hydrogenous : sedimen yang berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di dasar laut.
Sedimen Lithogenous : sedimen yang berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik.
Seeding : penanganan mulai larva sampai dengan benih yang siap untuk dipasarkan.
Seks Reversal (Monosex) : suatu teknologi yang membalikan perkembangan kelamin menjadi berlawanan.
Seksualitas : ciri karakteristik jenis kelamin pada ikan, ikan jantan akan mengeluarkan sperma (cairan putih) dan betina mengeluarkan telur.
Seksualitas Primer : alat/organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi seperti testes dan salurannya pada ikan jantan serta ovarium dan salurannya pada ikan betina.
Seksualitas Sekunder : ciri seksual yang terlihat dari luar tubuh ikan, meskipun kadangkala tidak memberikan hasil yang nyata, dimana seksual sekunder terdiri dari dikromatisme dan dimorfisme.
Seksual Sekunder Permanen : ciri seksual tetap, yang tetap ada sebelum dan sesudah musim pemijahan.
Seksual Sekunder Sementara : ciri seksual yang hanya muncul pada waktu musim pemijahan. Misalnya “Ovipositor” pada ikan Rhodeus amarus.
Selang Kanulasi :  selang  dengan  ukuran  tertentu  yang  dipergunakan  untuk menyedot telur ikan di dalam ovarium untuk diidentifikasi tingkat kematangannya.
Selaput Vitelline : selaput kedua pada telur yang terdapat di bawah chorion.
Seleksi : pemisahan populasi dasar yang digunakan ke dalam kedua kelompok, yaitu kelompok terpilih dan kelompok yang harus terbuang.
Seleksi Breeding : program breeding yang memanfaatkan phenotipic variance (keragaman fenotipe) yang diteruskan dari tetua kepada keturunannya.
Seleksi Famili : seleksi dengan mempergunakan performans dari saudaranya baik saudara tiri sebapak (half sib) atau saudara sekandung (full sib).
Seleksi Induk : kegiatan menyeleksi induk yang bertujuan untuk mendapatkan induk yang mempunyai produktivitas tinggi dengan ciri morfologi yang dikehendaki dan dapat diturunkan.
Seleksi Masa (Individu) : seleksi buatan terhadap keturunan hasil pemijahan induk-induk yang mempunyai fenotipe yang baik.
Selective Breeding : suatu program breeding yang mencoba untuk memperbaiki nilai pemuliabiakan (breeding value) dari suatu populasi dengan melakukan seleksi dan perkawinan hanya pada ikan-ikan yang terbaik.
Semelparous : ikan yang memijah hanya sekali dalam sepanjang hidupnya kemudian mati seperti ikan lampreys, river eels (sidat).
Semi Bouyant : telur tenggelam ke dasar perlahan-lahan, mudah tersangkut dan umumnya telur berukuran kecil, contoh telur ikan Coregonus.
Sirip : organ yang berfungsi untuk mengatur kedudukan, gerakan, arah gerakan maupun menjaga keseimbangan pada posisi diam.
Sirip Anal : sirip yang berfungsi untuk membantu keseimbangan.
Sirip Dada (Pectoral Fins) : sirip yang berfungsi untuk membantu arah gerakan, berhenti atau keseimbangan.
Sirip Dorsal : sirip yang berfungsi untuk membantu keseimbangan.
Sirip Perut (Pelvic Fins) : sirip yang berfungsi untuk membantu arah gerakan, berhenti atau keseimbangan.
Sisik Ctenoid: sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya dan bentukan sisir pada bagian anteriornya.
Sisik Cosmoid : sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie, lapisan bawahnya disebut cosinine dan bagian terdalam terdapat pefilbuluh darah, syaraf dan substansi tulang isopedine.
Sisik Cycloid : sisik yang bentuknya melingkar dimana didalamnya terdapat garis-garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus.
Sisik Ganoid : sisik yang memiliki lapisan terluar berupa penumpukan garam-garam anorganik yang disebut ganoine.
Sisik Placoid : sisik yang tumbuhnya saling berdamputan atau sebelah menyebelah dengan pola tumbuh mencuat dari kulitnya.
Sisik Rhombic : sisik yang berbentuk belah ketupat dengan pertumbuhan yang sebelah menyebelah.
Sistem Ekskresi : sistem pembuangan proses metabolisme tubuh (berupa gas, cairan, dan padatan) melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan).
Sistem Integumen : bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup tersebut berada.
Sistem Osmoregulasi : sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh (air dan darah) dengan tekanan osmotik habitat (perairan).
Sistem Reproduksi : sistem untuk mempertahankan/melestarikan spesies dengan menghasilkan keturunan yang fertil.
Sistem Sirkulasi : sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh.
Sistem Teknologi Akuakultur : sebagai wadah produksi beserta komponen lainnya dan teknologi yang diterapkan pada wadah tersebut serta bekerja secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan akuakultur.
SNI : singkatan dari Standar Nasional Indonesia.
Sortasi : pemilihan ikan berdasarkan berat, warna tubuh ikan, kesehatan, persyaratan fisik dan mutu ikan yang akan dipanen; pemilihan produk yang memenuhi syarat.
Spawning Aggregation : gerombolan ikan yang tidak sama yang berkumpul untuk tujuan bertelur, dengan kepadatan dan jumlah ikan yang lebih banyak (tiga kali lipat) dibanding yang ditemukan di area pemijahan selama periode non-reproduktif.
Spawning Ground : daerah pemijahan.
Spermatogenesis : proses perkembangan spermatogonium menjadi spermatis.
Spermatogonium : sel-sel kecambah untuk membentuk sperma.
Spermatozoa : sel gamet jantan dengan inti haploid yang memiliki bentuk berekor.
Spermiasi : proses dimana spermatozoa dilepaskan dari cyste dan masuk kedalam lumen.
Spermiogenesis : proses metamorfosa spermatid menjadi spermatozoa.
Spesific Pathogen Free (SPF) :  bebas dari penyakit.
Spesific Pathogen Resisten (SPR) : resisten atau tahan terhadap penyakit.
Standar Lenght (SL) : ukuran panjang dari ujung anterior pada keadaan mulut terkatup hingga pangkal sirip ekor.
Stenophagus : ikan yang mengkonsumsi makanan dalam jumlah terbatas jenisnya.
Stenoterm : organisme yang mempunyai toleransi yang sempit terhadap temperatur atau suhu air.
Strainer : cara makan ikan sebagai penyaring memfilter terutama diatom dan jenis udang. Pada umumnya, strainer memiliki  gill raker (yaitu semacam tonjolan  bertulang atau tulang rawan dari lengkung insang) yang memanjang dan halus.
Stress : suatu keadaan sesaat suatu hewan tidak mampu mengatur kondisi fisiologis yang normal karena berbagai faktor merugikan yang mempengaruhi kondisi kesehatannya.
Stressing Test  :  cara  untuk  mengetahui  serangan  penyakit pada larva ikan atau udang yang dilakukan dengan menggunakan bahan tertentu untuk melihat ketahanan larva terhadap penyakit yang menyerang.
Stressor : suatu stimulus yang menyebabkan timbulnya keadaan stress.
Stripping : proses dikeluarkannya telur atau sperma ikan dengan bantuan manusia/bukan secara alamiah dengan cara di urut mulai perut dekat operkulum sampai ke lubang genital.
Sucker : cara makan ikan dengan mengisap untuk memperoleh material yang mengandung makanan dalam lumpur.  Beberapa ikan mampu memisahkan butiran-butiran makanan dari debris atau serasah, sementara lainnya seperti lele menelan makanan bersama-sama dengan endapan dasar.
Sungut : salah satu organ luar pada ikan seperti kumis yang memiliki fungsi sebagai alat peraba saat berenang dan sebagai sensor ketika mencari makan.
Supplier : penyedia ikan karang hidup untuk konsumsi segar pada tahap rantai pasokan (supply chain) manapun, misalnya pengumpul, nelayan, pialang, eksportir, dan importir.
Survival Rate (%) : tingkat kelangsungan hidup yang dinyatakan dengan persentase (%), dengan perbandingan antara jumlah tebar awal dibagi dengan saat panen dan dikali 100%.
Swimbladder (Gelembung Renang) : organ berbentuk kantung berisi udara yang berfungsi untuk mengatur ikan mengapung atau melayang di dalam air, sehingga ikan tersebut tidak  perlu berenang terus menerus untuk mempertahankan posisinya.
Synchronous Spawning : proses pemijahan ikan dalam reproduksi dilakukan dengan cara semua telur dipijahkan dan induk ikan akan mati, contohnya pada ikan salmon.
Synchronous Spawning Kelompok : kelompok ikan yang dapat memijah berkali-kali tetapi pemijahannya ini masih tergantung pada musim pemijahan, misalnya ikan patin, ikan bawal.
Taksis : pergerakan pada ikan yang disebabkan oleh pengaruh faktor luar yang menjadi perangsang, taksis merupakan faktor yang memegang peranan dalam ruaya ikan.
Tambak : wadah budidaya di kawasan pesisir yang dibuat manusia untuk pemeliharaan ikan dan udang; kolam yang dibangun di daerah pasang surut dan digunakan untuk memelihara bandeng, udang laut dan hewan air lainnya yang biasa hidup di air payau.
Tambak Biasa : jenis tambak yang terletak dibelakang tambak layah.
Tambak Darat : jenis tambak yang terletak jauh sekali dari pantai.
Tambak Layah : jenis tambak yang terletak dekat sekali dengan laut, di tepi pantai atau muara sungai.
Tebal Badan : jarak terbesar antara kedua sisi badan.
Tebal atau Lebar Kepala : jarak terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala.
Teknisi : orang yang melaksanakan kegiatan dalam suatu sistem pada suatu unit usaha.
Telikum : alat kelamin udang betina yang terletak di antara kaki jalan keempat dan kelima. 
Telson : ujung belakang tubuh udang yang dilengkapi dengan dua pasang bilah ekor (uropoda).
Telur Adhesive : setelah proses pengerasan cangkang, telur bersifat lengket sehingga akan mudah menempel pada daun, akar tanaman, sampah, dan sebagainya, contoh telur ikan mas (Cyprinus carpio).
Telur Bertangkai : telur ini merupakan keragaman dari telur adhesive, terdapat suatu bentuk tangkai kecil untuk menempelkan telur pada substrat.
Telur Berenang : terdapat filamen yang panjang untuk menempel pada substrat atau filamen tersebut untuk membantu telur terapung sehingga sampai ke tempat yang dapat ditempelinya, contoh telur ikan hiu (Scylliorhinus sp.)
Telur Gumpalan Lendir : telur-telur diletakkan pada rangkaian lendir atau gumpalan lendir, contoh telur ikan lele (Clarias).
Telur Makrolecithal : telur dengan kuning telur relatif banyak dan keping sitoplasma di bagian kutub animanya. Telur semacam ini banyak terdapat pada kebanyakan ikan.
Telur Non-Adhesive : telur sedikit adhesive pada waktu pengerasan cangkangnya, namun kemudian sesudah itu telur sama sekali tidak menempel pada apapun juga, contoh telur ikan salmon.
Telur Non-Bouyant : telur yang tenggelam ke dasar saat dikeluarkan dari induknya, contoh telur ikan trout dan ikan salmon.
Telur Oligolecithal : telur dengan kuning telur sangat sedikit jumlahnya, contoh ikan Amphioxus.
Telur Telolecithal : telur dengan kuning telur lebih banyak dari Oligolecithal, contoh ikan Sturgeon.
Telur Terapung : telur dilengkapi dengan butir minyak yang besar sehingga dapat terapung, contohnya pada ikan-ikan yang hidup di laut.
Tenaculum : semacam clasper yg terdapat pd bagian atas kepala pada ikan Chimera jantan.
Testes : gonad jantan bersifat internal dan memanjang (longitudinal), pada umumnya berpasangan yang tersusun atas folikel-folikel tempat spermatozoa berkembang, beratnya dapat mencapai 12% atau lebih dari bobot tubuhnya dengan warna umum putih kekuningan atau halus.
Testis : gonad jantan yang berperan menghasilkan sperma; organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di bawah tulang belakang.
Thigmotaksis Positif : kelompok pada habitat air mengalir yang mempunyai pola tingkah laku yang diturunkan untuk melekat di dekat permukaan atau menjaga diri agar tetap dekat dengan permukaan.
Tinggi Badan : jarak terbesar antara dorsal dan ventral.
Tinggi Bawah Mata : jarak antara puiggir•an bawah rongga mata dengan rahang bawah.
Tinggi Gelombang : jarak menegak antara puncak dengan lembah.
Tinggi Kepala : panjang garis tegak antara pertengahan kepala sebelah atas dengan pertengahan kepala sebelah bawah.
Tinggi Pipi    : jarak antara ringga mata dan bagian paling anterior dari keeping tutup insang terdepan (praeoperculum).
Tinggi Sirip Punggung : jarak antara pangkal sirip sampai puncak sirip.
Tingkat Kematangan Gonad : tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah.
Total Lenght (TL) : ukuran panjang maksimum ikan dari ujung anterior pada keadaan mulut terkatup dan sirip ekor terkatup.
Transgenik   : penggunaan gen hormon suatu jenis hewan untuk mengubah gen hewan lain.
Triploid : individu yang mempunyai tiga perangkat kromosom haploid pada nukleusnya.
Triploidisasi : proses pembuatan organisme triploid dengan menggunakan kejutan suhu untuk menahan polar body II atau menahan pembelahan mitosis awal.
Tubuh (Truncus) : bagian tubuh mulai dari batas akhir operculum sampai anus.
Tukik : anak penyu.
Uniseksualitas (Unizexuality) : spesies yang semua individunya betina.
Vitellogenesis : proses deposisi kuning telur, dicirikan oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma yang berasal dari vitelogenin eksogen yang membentuk kuning telur.
Vivipar : ikan yang melahirkan anaknya; perkembangbiakan seksual yang ditandai sama dengan ovovivipar, tetapi individu yang terbentuk berkembang terus dalam alat kelamin betina sampai melahirkan.
Wadah : suatu tempat pemeliharaan ikan bisa berupa kolam, fiber, tambak, akuarium dll.
Yolk Egg : kuning telur yang terdapat pada larva ikan digunakan sebagai cadangan makanan.
BACA SELENGKAPNYA »»